Mengapa kini Yesus menekankan kembali ajaran Kerahiman Ilahi, yang sudah merupakan bagian dari iman Kristiani sejak semula? Dalam perwahyuan-Nya kepada St Faustina, Yesus menyediakan jawaban atas pertanyaan ini, yaitu untuk mempersiapkan kedatangan-Nya sebagai Anak Manusia untuk menghakimi dunia (Mat 25).
Sabda Yesus kepada St Faustina:
- “Kau harus mempersiapkan dunia untuk kedatangan-Ku yang terakhir.” (BCH,#429).
- “Wartakan tentang kerahiman-Ku yang besar ini, karena hari yang tidak menyenangkan, hari keadilan-Ku, sudah dekat.” (BCH,#965).
- “Mereka yang menolak untuk lewat pintu kerahiman-Ku harus melalui pintu keadilan-Ku.” (BCH,#1146)
- “Sebelum Hari Keadilan, Aku menyediakan Hari Kerahiman.” (BCH,#1588).
Selain Yesus, Bunda Maria juga berpesan kepada St Faustina:
“Engkau harus menyatakan kepada dunia mengenai kerahiman-Nya yang besar dan menyiapkan dunia untuk kedatangan-Nya yang kedua. Ia akan datang tidak sebagai Juru Selamat yang rahim, melainkan sebagai Hakim yang adil. Oh, betapa mengerikan hari itu! Hari keadilan, hari murka ilahi telah ditetapkan, Para malaikat gemetar di hadapannya. Katakan kepada semua orang tentang kerahiman yang besar ini sewaktu ada kesempatan menganugerahkannya.” (BCH,#635).
Selasa, 05 Februari 2008
WAHYU YANG SANGAT PENTING UNTUK DIWARTAKAN
Penyebarluasan devosi Kerahiman
Bagi mereka yang menyebarluaskan devosi Kerahiman Ilahi, Yesus menjanjikan:
“Mereka yang memuliakan dan memberitakan kerahiman-Ku yang besar, pada ajalnya akan Kuperlakukan sesuai dengan kerahiman-Ku yang tak terhingga.” [BCH # 379]
Dan di lain kesempatan Yesus bersabda:
“Mereka yang menyebar-luaskan kebaktian kepada kerahiman-Ku, akan Kulindungi sepanjang hidup mereka bagaikan seorang ibu yang bersikap lembut terhadap bayinya; pada saat kematian mereka Aku akan berlaku bagi mereka bukan sebagai Hakim, melainkan sebagai Juru Selamat yang rahim. Pada saat terakhirnya, jiwa tidak mempunyai apa-apa untuk membela dirinya kecuali kerahiman-Ku. Berbahagialah jiwa yang saat hidupnya membenamkan dirinya ke dalam Sumber Kerahiman-Ku, karena keadilan tidak akan menyentuhnya.” [BCH # 1075]
Senin, 04 Februari 2008
KORONKA KERAHIMAN ILLAHI
Sehari setelah St Faustina minta kerahiman Allah, yaitu setelah melihat sesosok malaikat yang diutus oleh Allah untuk menghukum dunia (13/9/1935), Yesus minta agar doa kerahiman itu didoakan dalam Doa ‘Koronka’ (Bahasa Polandia, berarti mahkota kecil), kata-Nya:
“Engkau akan mendoakan ‘Koronka’ ini dengan manik-manik rosario…” (BCH,#476):
Doa Koronka dibuka dengan doa-doa Bapa Kami - 1 kali, Salam Maria - 1 kali, dan Aku Percaya - 1 kali.
Selanjutnya, pada manik-manik ‘Bapa Kami’ rosario biasa, diucapkan doa sebagai berikut:
Bapa Yang kekal, kupersembahkan kepada-Mu Tubuh dan Darah, Jiwa dan Ke-Allahan Putra-Mu yang terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus, sebagai pemulihan dosa-dosa kami dan dosa seluruh dunia.
Pada manik-manik ‘Salam Maria’ rosario biasa, diucapkan doa sebagai berikut:
Demi sengsara Yesus yang pedih, tunjukkanlah belas kasih-Mu kepada kami dan seluruh dunia (10 kali).
Koronka ditutup dengan doa:
Allah yang Kudus, Kudus dan berkuasa, Kudus dan kekal, kasihanilah kami dan seluruh dunia (3 kali).
Sabda Yesus kepada St Faustina:
“O, betapa banyak rahmat akan diterima orang yang mengucapkan Koronka ini! Hendaknya seluruh dunia mengenal kerahiman-Ku yang tak terselami. Inilah tanda untuk zaman akhir. Sesudahnya akan tiba Hari Keadilan. Selama masih ada waktu, manusia hendaknya bergegas kepada sumber kerahiman-Ku dan memanfaatkan Darah dan Air yang memancar bagi mereka.” (BCH,#848).
Yesus menjanjikan:
“Pada saat ajal, Aku membela sebagai kemuliaan-Ku setiap jiwa yang mendoakan Doa Koronka ini atau jiwa-jiwa yang baginya dipersembahkan doa ini menjelang kematiannya. …” (BCH,#811)
Sabtu, 02 Februari 2008
JAM KERAHIMAN
Tuhan meminta waktu khusus dan doa khusus untuk mengenang sengsara dan wafat-Nya. Tuhan meminta St Faustina untuk berdoa pada jam 3 siang, “Saat Kerahiman”, untuk permohonan khusus.
Sabda Yesus kepada St. Faustina:
“Pada pukul tiga petang, mintalah kerahiman-Ku, khususnya bagi para pendosa, dan walaupun hanya sebentar, benamkanlah dirimu ke dalam sengsara-Ku, teristimewa saat Aku ditinggalkan dalam penderitaan-Ku. Inilah jam kerahiman-Ku yang besar bagi seluruh dunia. Aku akan mengijinkan engkau mengalami kepedihan menjelang ajal-Ku. Pada jam ini, tidak akan Kutolak apapun yang diminta seseorang demi sengsara-Ku.” (BCH., #1320).
“Puteri-Ku, pada jam ini berusahalah berdoa Jalan Salib, sejauh itu memungkinkan; Bila engkau tidak dapat mengadakan Jalan Salib, mampirlah sebentar ke kapel dan pujilah di hadapan Sakramen Mahakudus, Hati-Ku yang penuh kerahiman. Dan bila engkau tidak dapat mampir ke kapel, maka di mana saja engkau berada, berdoalah dengan sungguh-sungguh, biar sebentar saja. Aku menghendaki agar semua makhluk menghormati kerahiman-Ku.” (BCH,#1572).
“… Mintalah kerahiman-Ku,untuk para pendosa; Aku menghendaki penyelamatan mereka. Bila kau doakan doa berikut dengan sungguh hati dan penuh iman, Aku akan menganugerahkan berkat pertobatan bagi mereka yang kau doakan. Inilah doanya: Darah dan Air, yang telah memancar dari hati Yesus sebagai sumber kerahiman bagi kami, Engkaulah andalanku.” (BCH,#186-187).
GAMBAR KERAHIMAN ILLAHI
Pada penampakan-Nya kepada St. Faustina pada tanggal 22 Pebruari 1931, Yesus berpakaian jubah putih, tangan kanan-Nya diangkat seperti gerakan memberi berkat dan tangan-kiri-Nya menyentuh pakaian-Nya di dada-Nya. Dua berkas cahaya, yang satu berwarna merah dan yang lainnya tidak berwarna, memancar dari balik pakaian-Nya. Sejenak kemudian, Yesus bersabda kepada St. Faustina:
“Lukiskan sebuah gambaran menurut apa yang kau lihat, dengan tulisan di bawahnya: Yesus, Engkaulah andalanku. Aku ingin agar gambaran ini dihormati, mula-mula di kapelmu, kemudian di seluruh dunia.” (BCH,#47)
“Aku menjanjikan bahwa setiap jiwa yang menghormati gambaran ini tidak akan binasa. Aku juga menjanjikan kemenangan atas musuh-musuhnya sejak masih berada di dunia, khususnya di saat ajalnya. Aku sendiri akan melindunginya sebagai kemuliaan-Ku.” (BCH,#48)
Ketika ditanya St Faustina, Yesus menjelaskan arti berkas cahaya yang memancar dari Hati-Nya Yang Maha Kudus, kata-Nya:
“Kedua berkas cahaya itu adalah Darah dan Air. Berkas cahaya yang tidak berwarna melambangkan Air yang membersihkan jiwa-jiwa. Berkas cahaya yang merah melambangkan Darah yang memberi kehidupan bagi jiwa-jiwa. Kedua berkas cahaya itu keluar dari kedalaman kerahiman-Ku pada saat Hati-Ku, yang sedang menghadapi ajal-Nya, dibuka dengan tombak di salib. Berkas-berkas cahaya itu melindungi jiwa-jiwa terhadap murka Allah. Berbahagialah mereka yang hidup di dalam perlindungan keduanya.” (BCH,#299)
Yesus lebih jauh menjelaskan:
“Kebesaran gambaran ini terletak pada berkat-Ku, bukan pada indahnya lukisan itu.” (BCH,#313)
“…Melalui lukisan ini, Aku akan melimpahkan banyak rahmat.…” (BCH,#742)
Jumat, 01 Februari 2008
PESTA KERAHIMAN & NOVENA KERAHIMAN
Yesus sendiri yang berpesan melalui penampakan-Nya pada St Faustina agar Pesta Kerahiman-Nya dirayakan pada hari Minggu setelah Paska. Yesus bersabda kepada St. Faustina:
“Puteri-Ku, umumkan kepada seluruh dunia mengenai kerahiman-Ku yang sulit dibayangkan. Aku ingin agar Pesta Kerahiman menjadi tempat perlindungan dan tempat penampungan untuk semua jiwa, khususnya para pendosa yang malang. Pada hari itu, kerahiman-Ku yang paling dalam dan lembut membuka. Aku menganugerahkan samudera rahmat ke atas jiwa-jiwa yang mengunjungi sumber kerahimanKu. Jiwa-jiwa yang mengaku dosa dan menerima Komuni Suci akan menerima pengampunan yang menyeluruh dari dosa dan denda dosanya. Pada hari itu, semua gerbang ilahi terbuka dan rahmat akan mengalir keluar. Jangan biarkan jiwa-jiwa takut untuk mendekat pada-Ku, walaupun dosanya sangat besar. Kerahiman-Ku sangatlah besar, sehingga tidak ada pikiran, baik dari manusia maupun malaikat, yang dapat memahaminya secara keseluruhannya di sepanjang segala masa. Segala yang ada telah terwujud dari kerahiman-Ku yang paling dalam dan lembut. Setiap jiwa yang mengikatkan dirinya pada-Ku akan memandang kasih dan kerahiman-Ku untuk selama-lamanya. Pesta Kerahiman muncul dari kelembutan-Ku yang paling dalam dan merupakan keinginan-Ku agar dirayakan pada hari Minggu pertama setelah Paska. Umat manusia tidak akan mendapatkan kedamaian sebelum berbalik kepada Sumber Kerahiman-Ku.” (BCH,#699)
Persiapan untuk merayakan Pesta Kerahiman adalah Novena Kerahiman Ilahi selama sembilan hari berturut-turut, yang dimulai pada hari Jum’at Agung.
Pada Hari Minggu Kerahiman Ilahi, 30 April 2000, saat kanonisasi St Faustina, Sri Paus Yohannes Paulus II telah mengumumkan agar Gereja Katolik di seluruh dunia merayakan hari Minggu Paskah II, yaitu hari Minggu setelah Hari Raya Paskah, sebagai Hari Minggu Kerahiman Ilahi .
Pentingnya Hari Minggu Kerahiman Ilahi ditandai pula dengan dikeluarkannya Dekrit Vatican, yang disetujui oleh Sri Paus Yohanes Paulus II pada bulan Juni 2002, mengenai Indulgensi Penuh, yaitu pengampunan atas dosa dan denda dosa. Syarat tambahan untuk mendapatkan indulgensi penuh pada Pesta Kerahiman Ilahi – selain syarat umum (mengaku dosa atau dalam keadaan bersih mengikuti Perayaan Ekaristi dan menyambut Komuni Suci serta mendoakan ujud-ujud Sri Paus) – adalah mengikuti devosi kepada Kerahiman Ilahi, atau berdoa Bapa Kami, Aku Percaya, dan Doa Kerahiman (misalnya, “Yesus, Engkau andalanku”) di hadapan Sakramen Mahakudus atau Tabernakel .
KERAHIMAN ILLAHI WAHYU DARI YESUS
Kerahiman adalah sebuah hadiah yang tercurah dari surga! Di mana tercurah, kerahiman menyembuhkan dan memberi berkat bagi yang memberi dan yang menerima. Kerahiman adalah sifat utama Allah , dan bila ditemukan di antara manusia, mereka akan merasa seperti di surga. Peristiwa-peristiwa penting mengenai kerahiman Allah dapat diikuti dalam Kitab Suci sejak Kitab Kejadian. Manusia yang bertobat mendapat pengampunan, dan yang beriman kepada Allah mendapatkan anugerah kemurahan-Nya.
Yesus Kristus adalah perwujudan nyata dari kerahiman Allah. Selama hidup-Nya di dunia sekitar 2000 tahun yang lalu, Yesus telah memberikan ajaran dan contoh hidup-Nya akan iman, harapan dan kasih kepada Allah, serta akan kerahiman Allah itu sendiri. Ia menderita dengan rela, sengsara dan wafat disalib demi keselamatan umat manusia, demi penebusan dosa-dosa semua orang.
Walaupun kerahiman Allah sudah menjadi ajaran dan praktek kehidupan spiritual sejak Gereja Purba, devosi yang lebih khusus kepada Kerahiman Ilahi baru berkembang sejak di wahyukan dalam bentuk yang lebih jelas dan mendesak oleh Yesus sendiri melalui Santa Faustina (1905-1938), seorang biarawati Bunda Berbelas Kasih dari Polandia.